http://i1003.photobucket.com/albums/af158/robotjapan/Kursor.png

Wednesday 30 January 2013

Kalau bukan kita, SIAPA LAGI !!

Pendapat yang berbicara bahwa globalisasi menunjang adanya teknologi yang kian modern, mungkin benar adanya. Kecanggihan sistem komputerisasi yang ramah lingkungan mungkin banyak dikembangkan di berbagai belahan dunia saat ini. Akan tetapi, yang menjadi pertanyaan adalah: Apakah semua itu bisa membuat bumi menjadi lebih bersih dan sehat kembali?
Fakta yang ada, menunjukkan bahwa kualitas lingkungan hidup dunia hingga tahun 2012 sangat memprihatinkan.  Seperti yang dilansir dari greeneration.org bahwa sejak Hari Bumi yang pertama tahun 1970 hingga awal millennium baru, manusia telah membuat peningkatan emisi (gas buang) rumah kaca sebesar 70%. Peningkatan gas rumah kaca ini berasal dari hasil pembakaran bahan bakar fosil saat ini seperti transportasi dan industri, dan menambah hampir 6 milyar ton CO2 ke dalam atmosfer bumi setiap tahunnya. Dengan emisi yang sedemikian banyaknya, hanya separuhnya yang mampu diserap oleh hutan-hutan dan samudera. Tak hanya kualitas udara yang memkhawatirkan, akan tetapi juga kualitas air yang sama parahnya. Dengan adanya keadaan yang seperti itu, teknologi memberikan solusi berupa alat transportasi bertenaga listrik, biodiesel dan bahan bakar ramah lingkungan lainnya. Teknologi pun menawarkan biopori untuk mempertahankan ketersediaan dan kualitas air. Tidak hanya itu, seabrek inovasi diberikan teknologi untuk menyelesaikan masalah lingkungan tersebut.
Ketika teknologi sudah mengeluarkan inovasi dan solusi, apakah semua itu dapat menghasilkan bumi bersih dan sehat secara efisien? Jawabannya ada pada masyarakat. Ketika masyarakat menggunakan teknologi tersebut dengan mengetahui maksud dari ramah lingkungan, maka tidak akan ada masalah. Akan tetapi, apabila pemikiran itu sudah terkontaminasi dengan membandingkan teknologi ramah lingkungan tersebut dengan nilai ekonomis –yang sekarang menjadi isu global utama- tentu saja menjadi rumit persoalannya. Belum lagi jika hal itu ditambah dengan pemikiran statis bahwa apa yang sudah ada, tidak perlu diubah. Hal itu yang harus dipikirkan kembali oleh para cendekiawan bidang teknologi lingkungan untuk bisa menyosialisasikan apa itu “ramah lingkungan” dan “teknologi ramah lingkungan “ kepada masyarakat. Ketika hal itu sudah bisa diatasi, walaupun kita tidak bisa mengembalikan keadaan bumi ke kondisi awal sebelum revolusi industri, kita sudah mampu memperlambat bumi mencapai kehancurannya. Kalau bukan kita yang peduli, siapa lagi? (EAF

0 comments:

Post a Comment